Sabtu, 16 Februari 2013

PENATALAKSANAAN GAWAT KHUSUS

SATUAN ANAK MUDA PECINTA ALAM
( S A M P A L A )
Jl. Cisangkir Rt.04 / Rw.05 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya


PENATALAKSANAAN
GAWAT KHUSUS

1.1 Latar Belakang
Istilah penatalaksanaan kedaruratan secara tradisional mengacu pada perawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun, departemen kedaruratan rumah sakit (unit gawat darurat / UGD) dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang tidak urgen. Kemudian filosofi dari perawatan kedaruratan adalah apapun yang pasien atau keluarga pertimbangkan sebagai kedaruratan. Petugas pelayanan kesehatan kedaruratan mempunyai kewajiban untuk menangani pasien dengan pengertian dan menghargai perasaan cemas. Sejumlah besar orang mencari pertolongan kedaruratan untuk kondisi-kondisi yang mengancam kehidupan seperti gagal jantung akut, edema paru dan lain-lain serta salah satunya adalah akibat dari gigitan dan keracunan. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik baik kecelakaan dna karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini diantaranya mencakup:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat khusus: gigitan dan keracunan.

2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan tentang cara
b. Menjelaskan cara penanganan/ penatalaksanaan gawat khusus akibat gigitan
c. Menjelaskan cara penanganan/ penatalaksanaan gawat khusus akibat keracunan.


TINJAUAN TEORITIS
PENATALAKSANAAN GAWAT KHUSUS

2.1 GAWAT KHUSUS: KERACUNAN
1. Definisi
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner & Suddart).
Racun menurut Taylor adalah setiap bahan/ zat yang dalam jumlah relatif kecil bisa masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi bio kimiawi/ patofisiologik yang akan menyebabkan penyakit dan atau kematian (Kapsel Kedokteran).
Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung dosis dan cara pemberiannya, karena gejala yang timbul sangat bervariasi, kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap agens agar dapat bertindak dengan cepat dan tepat pada setiap kasus dengan dugaan keracunan.

Seseorang dicurigasi menderita keracunan bila:
a. Seorang yang sehat mendadak sakit.
b. Gejalanya tak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu.
c. Gejala menjadi progresif dengan cepat karena dosis yang besar dan intolerabel.
d. Anamnestik menunjukan ke arah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri/ kecelakaan.
e. Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia.

Juga perhatikan benda-benda sekitar penderita dan simpan semua zat yang ada di situ, hal ini terutama pada kecurigaan pembunuhan/ bunuh diri. Meskipun sampai sekarang kira-kira 85% kasus keracunan tidak dikenal antidotumnya, pengobatan simtomatik yang segera sering cukup efektif.

Bila jumlah zat dalam tubuh tidka dapat dipastikan, maka kematian akibat keracunan dapat diduga keras dari:
a. Mati mendadak atau mati tidak jelas sebabnya.
b. Anamnesis ada kontak dengan zat yang dicurigai.
c. Gejalanya sesuai dengan racun yang dipakai.
d. Pada orang-orang yang berhubungan dengan obat-obatan.

2. Berbagai jenis keracunan
a. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.

1) Bongkrek
Bisa dari tempe bungkil maupun ampasnya (bahan sisa minyak kelapa) umumnya dari jamur golongan rhizopus (kurang beracun), namun kemudian mengalami suberkontaminasi jamur “pseudomonjas cocovenas” yang membentuk racun toksoflavin (dari gliserin) dan asam bongkrek (dari asam lemak) yang tahan terhadap pemanasan.
Gambaran klinis: inkubasi 1-4 jam, sakit kepala, mual/ muntah, deprersi nafas dan koma.
Terapi: atasi gejala yang ada antidotum: sulfas atrofin.

2) Jengkol
Terbentuk asam jengkolat yang membuat anuria/ payah ginjal akut.

3) Makanan kaleng
Pada kaleng yang telah rusak/ menggelembung kemasannya.
Inkubasi : beberapa jam. Racun: berasalk dari bakteri “clostridium perfrangens”.

Penatalaksanaan:
Prinsip: 1) Mencegah/ menghentikan penyerapan racun.
2) Mengeluarkan racun yang telah diserap.
3) Pengobatan simtomatik.
4) Pengobatan spesifik dan antidotum.

Yang mana dari keempat hal tersebut yang paling penting, berbeda-beda pada setiap kasus, oleh karena itu urutan di atas bukanlah menyatakan urutan tindakan yang pasti, melainkan berubah-ubah tergantung mana yang lebih darurat.
1) Menentukan sumber dan tipe keracunan makanan.
2) Kumpulkan makanan, isi lambung, muntah, serum dan feses untuk pemeriksaan.
3) Pantau tanda-tanda vital terus menerus

a) Kaji pernafasan, TD, sensori, tekanan vena sentral dan aktivitas otot.
b) Timbang BB pasien untuk perbandingan.

4) Dukungan sistem pernafasan.
5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Koreksi dan kontrol hipoglikemia.
7) Kontrol mual

a) Berikan obat antiemetik, secara parenteral jika pasien tidak menoleransi caran atau pengobatan peroral.
b) Berikan teh ringan, minuman karbonat atau air biasa untuk mual ringan.
c) Berikan cairan ringan 12-24 jam setelah mual dan muntah.

Untuk mencegah/ menghentiukan penyerapan racun:
1) Bila racun ditelan
a) Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi penyerapannya. Cairan yang dapat dipakai: air biasa, susu dan/ telur mentah, activated char coal (Norit) 2 sendok teh penuh dalam 1 gelas air, universal antidot terdiri dari: (2 bagian activated charcoal dapat diganti dengan roti yang dibakar hangus), 1 bagian asam tanat (dapat diganti dengan teh pekat), 1 bagian Mgo (dapat diganti dengan antisida).
b) Kosongkan lambung

Efektif bila dilakukan dalam 4 jam setelah racun ditelan.
• Emesis, dilakukan dengan cara:
- Mekanik: dengan merangsang dinding farings dengan jari dapat dikombinasi dengan pemberian emetik.
- Obat-obatan (air garam/ mustard pekat, apomorfin, CuSo4, ZnSo4.).

Kontra indikasi:
- Keracunan zat korosif asam/ basa kuat, fenol, striknin.
- Keracunan senyawa hidrokarbon, minyak tanah, bensin.
- Penurunan kesadaran.
- Kejang.

• Bilas lambung
Cara:
- Penderita telungkup dengan kepala dan bahu lebih rendah.
- Pasang mouth gag dan bila terdapat penurunan kesadaran atau bahaya aspirasi iritan dan dipasang cuffed endotracheal tube.
- Gunakan pipa lambung yang cukup besar.
- Cairan pembilas yang dapat digunakan: air, kalium permanganat, asam asetat/ sitrat 5%, natrium bikarbonat 5%, laruytan activated charcoal (Norit).
- Bilas dengan cairan pembilas yang hangat ± 250 ml setiap kali sampai kira-kira 20 kali cairan yang terakhir dimasukkan ditinggalkan saja dalam lambung.

Kontraindikasi:
- Keracunan zat korosif.
- Kejang.

• Bilas usus besar dengan:
- Pencahar: Natrium sulfat/ magnesium sulfat 20 gr dalam 200 ml air, untuk anak 3-4 gr dalam 200 ml air peroral.
- Klisma: air sabun/ gliserin perektal.

2) Bila racun melalui melalui kulit/ mata
a) Pakaian yang terkena kontaminasi dilepas.
b) Cuci/ bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun dapat digunakan asam cuka encer atau natrium bikarbonat encer untuk netralisasi basa atau asam kuat.
c) Perhatikan jangan sampai penolong ikut terkontaminasi.

3) Bila racun melalui inhalasi
a) Pindahkan penderita ke tempat yang aman.
b) Pernafasan buatan untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap.

4) Bila racun melalui suntikan
a) Pasang tornikuet proksimal tempat suntikan, juga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepaskan selama 1 menit setiap 15 menit.
b) Beri efinefrin 1/100 dengan dosis 0,3-0,4 mg/IM atau kompres dingin di tempat suntikan.

Untuk mengeluarkan racun yang telah diserap:
1) Forced diuresis
a) Furosemid (lasix) 40 mg IV.
b) Larutan manitol mula-mula 50 ml larutan 25% IV, diikuti dengan infus larutan 5-10% dengan kecepatan 5-10 ml/menit.

2) Dialisa: hemodialisa atau dialisa peritoneal.
3) Exchange transfusion.

Pengobatan simtomatik:
1) Fungsi pernafasan dan sirkulasi:
a) Berikan resusitasi bila perlu
b) Edema laring diatasi dengan (epinefrin 1/100 0,3 mg Sk, JR).
c) Akeotomi
d) Edema paru diatasi dengan (O2, deksametason).
e) Cegah dan atasi syok dan hipotensi.

2) Fungsi susunan saraf pusat:
a) Bil;a terdapat gejala penekanan (depresi) tidak perlu dioberi obat stimulan atau analgetik, kecuali bila disebabkan oleh keracunan narkotik.
b) Bila terdapat gejala rangsangan (stimulasi) berikan diazepam atau fenobarbital.
c) Edema otak diatasi dengan manitol atau dexametason.

3) Nyeri: berikan
a) Salisilat (aspirin)
b) Kodein.
c) Meperidin (pethidine).

b. Keracunan melalui inhalasi

1) Keracunan karbon monoksida
a) Bisa disebabkan karena bencana alam, kecelakaan industri, lalulintas dan sebagainya.
b) Gejala klinis: sakit kepala, kelemahan otot, palpitasi, pusing.

2) Keracunan karbondioksida
a) Bisa disebabkan karena kecelakaan industri atau di rumah.
b) Gejala klinis: nyeri kepala, bisa menyebabkan kematian.

3) Keracunan sianida
Gejala: nyeri kepala, mual, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispnea, kejang, koma.

4) Keracunan insektisida
Gejala: sakit kepala, lemah, hipersekresi kelenjar, kejang, koma.

5) Keracunan arsen
Gejala: muntah, oliguri, hematuri dan lain-lain.

Penatalaksanaan umum:
1) Bawa pasien ke udara segar dengan segera buka semua pintu dan jendela.
2) Longgarkan semua pakaian ketat.
3) Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlukan.
4) Cegah mengigil: bungkus pasien dalam selimut.
5) Pertahankan pasien setenang mungkin.
6) Jangan berikan alkohol dalam bentuk apapun.

Penatalaksanaan kedaruratan:
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan oksigenasi serebral dan hipoksia miokard dan untuk mempercepat eliminasi karbon monoksida.
1) Berikan O2 100% pada atmosfer/ tekanan hiperbarik untuk menanganai hipoksia dan peningkatan eliMinasi CO2.
2) Ambil darah untuk kadar karboksi hemoglobin.
3) Observasi pasien secara konstan.
4) Hubungi depkes ketika terjadi keracunan CO yang tidak disengaja.
5) Minta konsul psikiatri jika keracunan atau usaha bunuh diri.

c.Keracunan bahan-bahan korosif
Keracunan zat korosif meliputi alkalin dan agens asam yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan setelah kontak dengan membran mukosa.
1) Produk alkalin: pembersih toilet, detergen dan lain-lain.
2) Produk asam: pembersih logam, penghilang karat, asam baterai.

Penatalaksanaan kedaruratan:
1) Berikan air (susu) untuk pengenceran.
a) Pencairan tidak diusahakan jika pasien mengalami edema jalan nafas akut atau obstruksi atau jika terdapat bukti klinis perforasi esofagus, lambung atau usus.
b) Jangan rangsang muntah jika pasien telah mengkonsumsi asam, basa kuat atau zat korosif lain.

2) Pasien biasanya dibawa ke RSU untuk observasi dan rencana endoskopi untuk evaluasi daerah yang terbakar dan ulserasi dalam.

3) Minta evaluasi psikiatrik jika keracunan atau upaya bunuh diri.

d. Keracunan kontaminasi kulit (l;uka bakar kimiawi)
Cedera karena pemajanan pada bahan kimia masih menantang karena jumlah yang besar dari agens dengan kerja yang berbeda dan efek metabolik. Keparahan luka bakar kimia ditentukan oleh mekanisme kerja, kekuatan penetrasi, konsentrasi dan jumlah durasi pemajanan zat kimia ke kulit.

Penatalaksanaan kedaruratan:
1) Basahi kulit dengan air mengalir dari pancuran, pipa penyiram atau kran.
2) Berikan bilas yang lebih lama dengan sejumlah air hangat.
3) Tentukan identitas dan karakteristik agens kimia untuk tindak lanjut.
4) Berikan tindakan luka bakar standar yang tepat untuk ukuran dan lokasi luka (tindakan antimikroba, tetanus profilaksis.
5) Instruksikan pasien untuk memeriksa kembali area yang terkena pada 24 dan 72 jam dan hari ke-7.

e. Keracunan alkohol
Alkohol atau obat psikotropik yang mempengaruhi alam perasaan (mood), penilaian, tingkah laku, konsentrasi dan kesadaran.
Penatalaksanaan kedaruratan pasien intoksikasi akut. Penanganan meliputi detoksifikasi keracunan akut, pemulihan atau “drying out” dan rehabilitasi.

f. Keracunan obat
Tujuan penatalaksanaan untuk pasien yang menderita takar lajak obat adalah menyokong fungsi pernafasan dan kardiovaskuler dan meningkatkan pembersihan agens.

Penatalaksanaan:
1) Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan kontrol jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi.
2) Stabilkan sistem CV.
3) Berikan antagonis khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui.
4) Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin (rangsang muntah, bilas lambung dan lain-lain).
5) Dapatkan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan kemungkinan syok insulin, meningitis, hematoma subdural, stroke dan penyebab lain.
6) Coba untuk mendapatkan riwayat penggunaan obat.
7) Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar.
8) Buat usaha untuk dapat mendaftarkan pasien pada program penanganan obat (detoksifikasi dan rehabilitasi).


2.2 GAWAT KHUSUS : GIGITAN DAN SENGATAN
Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang sedikit lebih besar dari pada luka biasa. Individu mungkin mempunyai sensitivitas yang ekstrim terhadap bisa dari sengatan. Alergi bisa diperkirakan menjadi reaksi humoral IgE dengan resiko kedaruratan akut. Sengatan pada daerah kepala dan leher adalah hal yang serius, meskipun sengatan pada area tubuh dapat menyebabkan anafilaksis.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkospasme berat syok dan kematian.

Pertolongan pertama: cucilah bagian yang tergigit baik-baik dengan air hangat dengan sedikit antiseptik. Bila ada perdarahan segera dirawat dan dibalut.

1. Gigitan Ular
Gigitan ular berbisa sangat berbahaya 11% penderita akan meninggal dunia akibat bisa ular yang dapat bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminik. Bisa (racun) ular menyebabkan kira-kira 8000 dari 45000 gigitan ular yang terjadi setiap tahun menyebabkan kematian. Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luar atau bervariasi. Sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, sistem pernafasan mungkin terpengaruh.

Apabila seseorang digigit ular, evaluasi awal yang digunakan adalah:
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi dan sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak keracunan.
e. Memantau tanda-tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.

Tanda dan gejala:
a. Bekas gigitan yang khas, yaitu dua luka tusuk dengan jarak tertentu, dapat disertai luka bekas gigitan gigi bawah yang lebih dangkal.
b. Ekimosis, edema dan perdarahan lokal, dapat disertai nyeri setempat.
c. Gejala lanjut berupa depresi pernafasan dan sirkulasi dan atau gejala neurologik.

Penatalaksanaan:
Pada gigitan ular tak berbisa, lakukan seperti pada gigitan binatang lainn, tetapi karena hampir sukar diketahui ular berbisa atau tidak, maka sebaiknya semua gigitan ular dianggap sebagai gigitan yang berbisa.

Caranya:
a. Cegah penyebaran bisa darei daerah gigitan.
1) Tourniquet diproksimal daerah gigitan/ pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfe dan vena tetapi tidak menghalangi aliran arteri.
2) Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tu8buh.
3) Boleh diberikan kompres es lokal.
4) Usahakan penderita setenang mungkin, bila perlu berikan petidin 50 mg IM untuk menghilangkan nyeri.

b.Perawatan luka
1) Hindari kontak luka dengan l;arutan asam, KMno4, yodium atau benda panas.
2) Zat anestetik disuntikan di sekitar luka jangan ke dalam lukanya.

c. Bila mungkin berikan suntikan anti bisa (anti venin)
Teknik:
1) Tes sensitivitas
2) Bila sensitif dapat diberikan secara besredka, bila tidak 1 ampul antivenin diberikan sebagaio berikut: 5 ml disekitar luka SK/IM, sisanya di tempat lain IM/drip.
3) Pemberian berikutnya diberikan secara IM/drip.

d. Perbaikan sirkulasi dengan:
1) Kopi pahit pekat.
2) Kafein Na-benzoat 0,5 g IM/IV.
3) Bila perlu diberikan pula vasokontriktor, misalnya: efedrin 10-15 mg dalam 500-1000 ml cairan per drip.

e. Obat lain-lain:
1) ATS 1500-3000 U
2) Toksoid tetanus 1 ml.
3) Antibiotik misal: PS 4:1.

2. Gigitan Laba-Laba
Kebanyakan gigitan laba-laba termasuk gigitan tarantula (laba-laba besar), menimbulkan sakit tetapi tidak membahayakan jiwa, gigitan laba-laba berbisa sering menimbulkan rasa sakit.

Penatalaksanaannya:
a. Berikan aspirin dan mintalah pertolongan dokter
1) Suntikan 10% calcium gluconat, 10 ml yang disuntikan secara intravena dengan perlahan-lahan, sekali selama 10 menit akan mengurangi spasme otot.
2) Juga diazepam.
3). Sengatan kalajengking
Beberapa jenis kalajengking lebih berbahaya dari pada jenis yang lain.

Tindakan:
a. Minumlah aspirin dan kompres lkuka sengatan dengan es (emetine yang disuntikan di sekitar luka akan sangat membantu mengurangi rasa sakit).
b. Untuk perasaan kebal (mati rasa) dan sakit yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan, penggunaan kompres hangat mungkin membantu.
Untuk anak-anak yang berumur di bawah 5 tahun sengatan kalajengking bisa membahayakan jiwanya.

Tindakan:
a. Berikan antitoksin dengan disuntikan dalam waktu 2 jam setelah disengat oleh kalajengking.
b. Berikan aspirin/ acetaminophen untuk menghentikan rasa sakitnya.
c. Apabila anak berhenti bernafas, lakukan pernafasan mulut ke mulut.
d. Jika anak yang disengat itu masih sangat kecil atau bagian yang disengat adalah bagian tubuh yang penting, atau jika kalajengking yang menyengat ialah jenis yang berbahaya, mintalah pertolongan dokter secepatnya.


PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung pada dosis dan cara pemberiannya, karena gejala yang timbul sangat bervariasi, kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap kasus dengan dugaan keracunan. Tujuan utama kedaruratannya adalah untuk menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorpsi untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidot spesifik untuk menetralkan racun dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorpsi.
Begitu juga dengan atau mengenai gigitan dan sengatan, perlu penanganan segera. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang sedikit lebih besar daripada luka biasa. Pertolongan pertamanya: cucilah bagian yang tergigit baik-baik dengan air hangat dengan sedikit antiseptik, bila ada perdarahan segera dirawat dan kemudian dibalut.

3.2 Saran
1. Sebaiknya kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap agens/ gigitan/ sengatan agar kita dapat bertindak dengan cepat dan tepat pada setiap kasus.
2. Perhatikan benda-benda sekitar dan simpan semua zat yang dapat membahayakan.



DAFTAR PUSTAKA

1. Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
2. Werner David, 1989, Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter (Where There is no Doctor), Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
3. Purwadianto Agus & Budi Sampurna, 2000, Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
4. Junaidi Purnawan, dkk, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Suka · ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar