Selasa, 25 November 2014

Misteriusnya Hutan Mati Di Gunung Papandayan

Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat hadirkan pemandangan eksotis dan langka. Pesona alam akibat erupsi dahsyat puluhan dan ratusan tahun silam mengobati pendakian melelahkan. Melalui jalan terjal, kawah, hutan mati, dan Padang Edelweiss mengasyikkan.
Langit membara di Barat Daya Garut, Jawa Barat pada malam hari bulan Agustus 1772. Lava panas terus dimuntahkan dari kawah gunung Papandayan selama lima menit. Gemeretak tanah, gelegar hebat, dan runtuhnya sebagian besar badan gunung menjadi sebuah kejadian mengerikan. Dalam Natural Disaster karya Lee Davis sampai hati mengatakan bahwa gunung Papandayan hancur hingga berkeping-keping.
Demikian gambaran peristiwa alam yang terjadi ratusan tahun lalu di kota berjulukan Switzerland from Java. Sekarang, bila kita menjejakkan kaki di Kota Garut, Jawa Barat, akan serasa tak lengkap jika belum mencicipi asyiknya mendaki Gunung Papandayan.
Gunung Papandayan terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat atau sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung dengan ketinggian 2.665 mdpl. Gunung ini memiliki beberapa kawah terkenal seperti Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk aktif mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Gunung aktif Papandayan menawarkan paradigma “gunung wisata” yang cukup ramah bagi pendaki pemula. Papandayan menyimpan beragam pemandangan alam yang mempesona.
Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson Papandayan termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 persen dan bertemperatur 10 derajat Celcius. Sementara secara topografi, gunung ini memiliki kawasan curam, berbukit dan bergunung serta tebing terjal.
Bagi Anda yang ingin mendaki Gunung Papandayan, sebaiknya persiapkan diri kita baik fisik maupun  mental serta perlengkapan. Mendaki Papandayan, sama seperti kebanyakan mendaki gunung lainnya, artinya kita harus siap dengan kabut yang bisa turun kapan saja dengan suhu yang ekstrem — sangat dingin— pada malam hari. Oleh karena itu persiapkanlah barang-barang bawaan dengan lengkap dan harus selalu waspada, apalagi saat kabut mulai turun.
Untuk mendaki gunung Papandayan kita dapat melalui dua jalur, yakni jalur Cisurupan Garut dan Pengalengan Bandung. Di kedua jalur tersebut Anda disamput Pos Penjagaan untuk mendaftarkan diri dan membayar sumbangan untuk keperluan konservasi Gunung Papandayan.
Dalam memulai memulai pendakian Gunung Papandayan, Anda tidak perlu takut. Memang saat memulai Papandayan akan menyambut dengan jalur yang cukup terjal, gersang, dan penuh bebatuan putih. Dan tak lama kemudian, Anda akan melewati hamparan kawah-kawah belerang yang mengeluarkan kepulan asap dengan bau belerang yang menyengat.
Agar tidak tercium terlalu menyengat, pengunjung atau para pendaki sebaikan memakai penutup hidung atau masker. Perlu diingat, para pendaki atau pengunjung dihimbau untuk tidak singgah atau istirahat di kawasan kawah ini terlalu lama, karena dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh.
Setelah meninggalkan kawah-kawah belerang, Papandayan menghadirkan panorama yang tak lagi gersang. Sambutan pepohonan yang hijau kemerahan akan menjadi pemandangan yang lazim seluas mata memandang. Para pengunjung dapat lebih menikmati perjalanan pendakian tak lagi seterjal di kawasan perkawahan.
Selama dua atau tiga jam perjalanan, Anda  akan sampai di kawasan Pondok Saladah. Kawasan ini menjadi tempat persinggahan pendaki untuk melepas lelah atau beristirahat di malam hari. Tenda-tenda kemah didirikan untuk bermalam. Kawasan Pondok Saladah ini memiliki sumber air yang melimpah sehingga Anda bisa mandi, memasak dan memenuhi persediaan air di perjalanan selanjutnya.
Perjalanan memang belum berakhir dengan hanya mendirikan tenda dan berleha-leha di Pondok Saladah. Pemandangan yang mempesona masih cukup banyak akan disajikan oleh Papandayan. Salah satu destinasi wajib jika mengunjungi Gunung Papandayan adalah Tegal Alun, sebuah padang Edelweiss yang sangat luas.
Menariknya, sebelum Anda mencapai atau tiba di Tegal Alun, sebuah pemandangan eksotis akan Anda saksikan terlebih dahulu yakni areal hutan mati. Pemandangan pohon-pohon kering menghitam dengan tanah putih yang sarat kandungan belerang mencoba tunjukkan daya pukaunya tersendiri. Mungkin sebagian orang tak menduga, pemandangan eksotis ini lahir dari sebuah bencana, yakni erupsi gunung Papandayang pada tahun 2002 silam. Erupsi yang terjadi pada tahun 2002 menghasilkan hutan mati yang menjadikan Papadayan terlihat sangat eksotis.
Pendakian selama sekitar 1,5 jam kemudian berakhir di padang Edelweiss bernama Tegal Alun. Senyuman lebar dan tak lupa mengucap rasa syukur atas apa yang kami lihat yaitu hamparan edelweis.
Tegal Alun menjadi tujuan akhir. Melewati trak yang bisa dibilang terjal, tetapi kita tetap bersemangat menapaki langkah demi langkah untuk mencapainya. Selama perjalanan pendakian tak henti-hentinya ucapan rasa kagum kepada Tuhan atas ciptaan yang luar biasa ini.
Padang luas yang dipenuhi Anaphalisjavanica, nama latin Edelweiss terbentang luas hingga sekitar 35 hektar. Edelweiss yang juga dikenal dengan sebutan bunga abadi kini termasuk tanaman langka. Banyak orang memetik dan menjual  bunga abadi ini dijadikan suvenir. Agar bisa terus dinikmati banyak orang atau keturunan kita selanjutnya, sebaiknya kita cukup menikmati saja pemandangan keindahan tanaman ini tanpa harus memetiknya demi melestarikan Edelweiss.
Selain tidak memetik bunga abadi, sebaiknya kita menanamkan prinsip tidak membunuh apa pun, tidak meninggalkan apa pun, dan tidak mengambil apa pun dari gunung ini sehingga keindahan Gunung Papandayan menjadi terus lestari.
Pemandangan mempesona yang dihadirkan gunung Papandayan, merupakan bekas-bekas yang masih ditinggalkan akibat letusan yang sangat dahsyat ratusan tahun silam. Bayangkan sekitar 240 tahun lalu, gunung ini mengalami bencana hebat. Tepatnya pada 11-12 Agustus 1772 lampau, Gunung Papandayan meletus sangat dahsyat tanpa peringatan, letusan tersebut menyebabkan empat puluh desa terkubur dan 3.000-an penduduk beserta hewan-hewan ternaknya terisap ke dalam danau vulkanik.
Dahsyatnya amuk Gunung Papandayan ratusan tahun silam tergambar dari catatan Lee Davis dalam buku yang telah disebutkan di atas, Natural Disaster.
“No day of judgment painted by Angelo or Dore could ever match that actual horror of the solid mountain sinking into the earth with human beings on its slopes—its huge bulk going down as a ship goes down into the deep.”
Papandayan bisa menjadi bukti bahwa dirinya tak hanya dapat memecut adrenalin para penakluk tantangan atau sekadar memanjakan mata para petualang. Tapi lebih dari itu, Papandayan akan memberikan efek kontemplasi yang mendalam bagi para pencari makna yang menziarahinya.

Senin, 26 Mei 2014

620 langkah menuju pesona Gunung Galunggung, Tasikmalaya

Gunung Galunggung

Galunggung
Ketinggian 2.168 m
Daftar Ribu
Lokasi
Lokasi Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
Koordinat 7.25°LS-7°15'0"LS; 108.058°BT-108°3'30"BT
Geologi
Jenis Stratovolcano
Letusan terakhir 1984
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.168 meter di atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektaree di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air panas.
Gunung Galunggung mempunyai Hutan Montane 1.200 - 1.500 meter dan Hutan Ericaceous > 1.500 meter.



620 langkah menuju pesona Gunung Galunggung, Tasikmalaya


 
17 km dari pusat kota Tasikmalaya terdapat sebuah gunung berapi bernama Gunung Galunggung yang memiliki pesona keindahan alam pegunungan dengan kawah yang besar membentuk danau bewarna kehijauan bekas letusan dimasa lampau. Di kawah tersebut terlihat sebuah pulau kecil yang berada ditengah-tengah, dimana danau ini kerap kali dijadikan tempat memancing untuk mencari ikan oleh beberapa pecinta alam yang mendirikan tenda di gunung ini.
Perjalanan menuju Tasikmalaya semenjak dibukanya jalan tol Cipularang membuat waktu tempuh menjadi semakin singkat kurang lebih 6 jam. Untuk menuju ke Galunggung terdapat beberapa alternative yaitu dapat melalui kota Tasikmalaya atau Singaparna menuju jalan utama Bantar Tawangbanteng yang merupakan jalur lalu lintas truk-truk pengangkut pasir dari Gunung Galunggung.
Untuk yang menggunakan kendaraan umum Terminal Bus terdekat untuk menuju Gunung Galunggung yaitu Terminal Tasikmalaya, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan angkutan kota jurusan Terminal menuju Galunggung dan Singaparna sampai di pintu masuk kawasan Cipanas Galunggung. Kemudian dapat dilanjutkan dengan menumpang mobil atau truk yang lewat, naik ojek atau bisa juga berjalan kaki hingga pelataran parkir di kaki anak tangga menuju kawah.

Dari pelataran parkir tersebut, untuk mencapai bibir kawah Gunung Galunggung yang memiliki ketinggian 2168 mdpl ini, terdapat 620 anak tangga untuk dipijak. Sejenak istirahat saat pendakian anda dapat memandang kota Tasikmalaya dari ketinggian dengan pemandangan yang mempesona. Udaranya yang begitu sejuk dan segar serta pemandangan sekitar yang indah membuat pendakian anak tangga ini dirasakan tak terlalu berat, sebanding dengan pemandangan yang dapat dinikmati sepanjang jalan hingga mencapai bibir kawah dan danau yang indah.


 
Untuk turun kekawah dapat melalui beberapa jalur, salah satu jalur yang terkenal yaitu tanjakan Zorro, dinamakan demikian mungkin karena dari kejauhan jalur ini membentuk menyerupai huruf Z. Kontur jalurnya yang begitu terjal dan merupakan pasir vulkanik pegunungan membuat tantangan tersendiri bagi setiap orang yang melalui jalur ini.  Untuk yang ingin mendirikan tenda, terdapat lokasi yang landai dan aman, letaknya di dasar kawah di sepanjang sungai yg mengalir, dimana dilokasi ini juga ada sebuah masjid yang berdiri tak jauh dari kawah.



Dengan status gunung yang masih aktif, terdapat beberapa aliran sungai yg hangat dan menjadi sumber air panas. Air panas tersebut bisa dinikmati di pemandian didaerah Cipanas atau sungainya yg terletak kurang lebih 3 km sebelum kawah tak jauh dari tempat parkir bawah. Jika dari pintu gerbang utama, untuk menuju danau kawah mengambil jalan ke arah kiri sedangkan untuk menuju ke Pemandian air panas Cipanas mengambil jalan ke arah kanan.
Pemandian air panas ini telah dilengkapi dengan fasilitas kolam renang yang cukup besar, bak rendam air panas dalam kamar serta kamar mandi untuk berbilas. Berendam di air panas tentunya menjadi tempat relaksasi yang sempurna setelah lelah mendaki ke Gunung Galunggung. Segaarr…!!



SALAM RIMBA & LESTARI,,,,,

Minggu, 18 Mei 2014

NANJAK BARENG MT. PAPANDAYAN 2.665 MDPL. 16 - 17 MEI 2014


Mendaki gunung merupakan salah satu aktivitas wisata favorit belakangan ini. Anda tertarik mencobanya? Jika Anda baru akan mencoba pengalaman mendaki gunung, Gunung Papandayan merupakan tempat yang tepat.

Letaknya dekat dengan Bandung & Tasikmalaya, tepatnya di Kabupaten Garut. Medannya yang tidak begitu berat membuat gunung ini tergolong gunung yang bersahabat. Selain itu, kontur tanahnya landai dan terdapat jalur pendakian yang aman sehingga memudahkan pendaki pemula untuk sampai pada puncak gunung ini.

Namun, kemudahan yang ditawarkan Papandayan tidak membuat pesona gunung ini hilang begitu saja. Sesampai di kaki gunung, pengunjung harus melakukan registrasi di pos pendakian. Dari posisi ini, pengunjung bisa melihat kemegahan Papandayan yang luar biasa.

Setelah melakukan registrasi di pos pendakian, barulah menapaki jalur pendakian langkah demi langkah sambil menikmati keindahan Papandayan. Jalur yang ditempuh adalah jalur menanjak berbatu.

Dalam perjalanan, pengunjung akan melewati kawah belerang yang masih aktif. Hati-hati, bau gas belerang ini cukup berbahaya. Setelah itu, terdapat aliran sungai yang cukup deras. Pengunjung bisa saja langsung meminum air tersebut karena berasal dari mata air pegunungan.

Rute menanjak dengan jalan yang sempit dan jurang di sebelah kiri akan dilewati sebelum sampai ke area perkemahan di Pondok Saladah.  Sangat memacu adrenalin, apalagi jika tanahnya sedang licin karena hujan dan tumbuhan yang menjalar menutupi jalan. Jika tidak hati-hati, bisa saja terpeleset.
                                                                    PONDOK  SALADAH
Di Pondok Saladah, cobalah mendirikan kemah di salah satu titik yang disuka. Jagalah barang bawaan dan makanan karena terkadang ada anjing liar yang suka menghampiri tenda. Di sini, pengunjung bisa merasakan sensasi hidup di alam liar. Tidak seberapa jauh dari area perkemahan, terdapat beberapa pohon Edelweiss nan cantik.

Bunga Edelweiss di Gunung Papandayan, Jawa Barat
Jika istirahat sudah dirasa cukup, lanjutkan perjalanan menuju puncak gunung. Di atas puncak terdapat padang Edelweiss yang lebih bagus dibandingkan dengan padang dekat Pondok Saladah.
Padang edelweiss Tegal Alun di puncak Papandayan merupakan salah satu primadona di gunung ini. Di atas puncak, pengunjung dapat menyaksikan matahari yang terbit dan terbenam dengan indah.


                                                                 TEGAL ALUN
Sudah mendaki sampai puncak, saatnya perjalanan pulang. Dalam perjalanan kembali, pengunjung akan melewati hutan mati. Hutan mati ini merupakan salah satu tempat terkenal di Papandayan, selain padang Edelweiss. Suasananya yang berkabut dengan sisa-sisa batang pohon yang menghitam karena terbakar dan tanah berkapur yang berwarna putih menjadikan suasana agak mistis namun tetap indah.
                                                     

                                                                   HUTA MATI                                   
Hutan mati yang dipenuhi kabut, Gunun Papandayan, Jawa Barat
Setelah menjelajah hutan mati saatnya menuruni gunung. Medan yang dilalui cukup berat  karena ada beberapa titik yang curam dengan tebing berbatu tajam. Penggunaan sepatu trekking akan memudahkan perjalanan karena medan ini cukup licin.

Sukses melewati tebing yang curam, pengunjung akan melewati sumber air panas. Namun, air sungai tersebut tercemar belerang jadi tidak bisa dinikmati. Setelah berjalan tidak seberapa jauh lagi, pengunjung akan kembali ke titik awal perjalanan, yaitu pos pendakian.  
 
Banyak orang memetik dan menjual bunga abadi ini dijadikan suvenir. Agar bisa terus dinikmati banyak orang atau keturunan kita selanjutnya, sebaiknya kita cukup menikmati saja pemandangan keindahan tanaman ini tanpa harus memetiknya demi melestarikan Edelweiss.


Selain tidak memetik bunga abadi, sebaiknya kita menanamkan prinsip tidak membunuh apa pun, tidak meninggalkan apa pun, dan tidak mengambil apa pun dari gunung ini sehingga keindahan Gunung Papandayan menjadi terus lestari.

Walaupun terkesan untuk pendaki pemula, Anda tetap perlu membawa peralatan lengkap jika ingin mendaki gunung dan bermalam. Pakailah pakaian yang nyaman untuk memudahkan pergerakan Anda, sepatu trekking agar tidak terpeleset, ransel, masker dan topi, head lamp, obat-obatan, dan peralatan lainnya. Tak kalah pentingnya adalah kesiapan fisik dan mental. Selamat mendaki. 

 SALAM RIMBA & LESTARI




Senin, 05 Mei 2014

Pendakian Gunung Papandayan 2665 mdpl


Pemandangan Gunung Papandayan
Ketinggian 2.665 m (8.743 ft) [1]
Lokasi
Papandayan is located in Jawa
Papandayan
Koordinat 7°19′LS 107°44′BT / 7,32°LS 107,73°BT
Geologi
Jenis Stratovolcano
Letusan terakhir November sampai Desember 2002

Litografi oleh F. C. Wilsen yang menggambarkan kawah Papandayan (tahun 1865-1876)
Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Topografi di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 % dan temperatur 10 ยบ C.

 cisurupan - parkiran

mengingat kondisi jalan yang rusak berat dan menanjak. Butuh tenaga ekstra dari pengemudi dan tentu saja motornya buat nyampe parkiran. Jarak pertigaan Cisurupan-Parkiran 9 KM, cuman di awal doang jalannya bagus, dan palingan sekitar 1-2 km, sisanya rusak berat. Kalau mau pake  motor, jangan motor matic atau motor tua kalau ga mau menderita di jalan. Sekitar 30 menit dan 35 menit waktu yang dibutuhkan  buat mencapai parkiran papandayan. Tergantung skill dan tenaga kendaraannya. Setelah tiba diparkiran jangan lupa menuju pos pendaftaran.

jalan menuju parkiran

pos pendaftaran.

 Parkiran – Pondok Saladah

Estimasi waktu dari Parkiran menuju Pondok Saladah sekitar 2 jam. Awal perjalanan akan disuguhi trek bebatuan dan asap putih yang keluar dari beberapa kawah belerang. Disarankan memakai masker karena bau belerang yang lumayan menyengat. Setelah trek bebatuan kapur, akan menuruni lembah lalu nanjak kembali sampai ke Pondok Saladah. Pondok Saladah tempatnya luas sehingga muat untuk menampung puluhan tenda. Di pondok Saladah juga tidak sulit air, karena ada pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan air. Di sana juga ada tempat untuk buang air besar/kecil, tepatnya di pinggir sungai. Memang tempatnya tidak representatif, hanya ditutupi kain-kain karung beras, tapi lumayan daripada buang air di semak-semak.

                                         Kawah Aktif


                                      Jalur Bebatuan



Pondok Saladah – Tegal Alun
Dari Pondok Saladah Menuju Tegal Alun akan melewati Hutan Mati, bekas letusan papandayan tahun 2002. Di sana terdapat banyak pohon yang sudah mati dan tinggal menyisakan batangnya saja yang berwarna hitam. Namun pemandangan hutan mati sangat indah, memberikan sensasi yang berbeda. Setelah Hutan Mati akan melewati jalur menanjak yang disebut Tanjakan Mamang. Tanjakan bertangga dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Selepas itu, tibalah di Tegal Alun, tempat yang luas dengan ditumbuhi bunga Edelweiss yang menghampar luas. Waktu yang dibutuhkan sekitar 40 menit.

pondok saladah



                                             Hutan Mati

Gn. Cikuray dari Tanjakan Mamang

                  Gn. Cikuray dari Tanjakan Mamang






                                              tegal alun

Tegal Alun – Puncak
Kebanyakan tujuan akhir para pendaki Papandayan bukan ke Puncaknya, melainkan Tegal Alun. Mereka mengahabiskan waktu di Tegal Alun untuk foto-foto dengan latar belakang indahnya hamparan Edelweiss. Untuk mencapai puncak Papandayan ikuti petunjuk dari plang yang ada disana. Ada dua plang yang yang menunjukan arah ke Puncak Papandayan, yaitu plang yang dekat dan yang jauh. Jika mengikuti arah dari plang yang dekat, akan melewati turunan dan melewati sungai kecil. Namun selepas itu akan melewati tanjakan yang curam, walaupun tidak terlalu panjang. Sedangkan plang yang jauh, akan melewati turunan dan mencapai mata air. Ambil jalur di sebelah kiri mata air tersebut untuk mencapai puncak. Untuk pemula sebaiknya mengambil jalur yang melewati mata air, walau jauh tapi jalurnya enteng. Selama perjalanan ke Puncak kita akan disuguhi rimbunnya pepohohan hutan, namun ada beberapa spot yang cocok untuk beristirahat atau foto-foto, karena pemandangannya indah. Dari spot tersebut bisa terlihat hamparan edelweiss Tegal Alun, gunung-gunung, ataupun kawah aktif yang masih menyemburkan asap. Sampai di Puncak, tidak bisa terlihat pemandangan apa-apa, karena tertutup rimbunnya pepohonan. Tempatnya pun tidak terlalu luas, paling hanya bisa menampung tidak lebih dari lima tenda. Waktu yang dibutuhkan dari Tegal Alun untuk mencapai Puncak sekitar satu jam.

Plang Petunjuk dekat Mata Air

                      Plang Petunjuk dekat Mata Air



Pemandangan Kawah

                             Pemandangan Kawah

Banyak orang memetik dan menjual bunga abadi ini dijadikan suvenir. Agar bisa terus dinikmati banyak orang atau keturunan kita selanjutnya, sebaiknya kita cukup menikmati saja pemandangan keindahan tanaman ini tanpa harus memetiknya demi melestarikan Edelweiss.


Selain tidak memetik bunga abadi, sebaiknya kita menanamkan prinsip tidak membunuh apa pun, tidak meninggalkan apa pun, dan tidak mengambil apa pun dari gunung ini sehingga keindahan Gunung Papandayan menjadi terus lestari.
Pemandangan mempesona yang dihadirkan gunung Papandayan, merupakan bekas - bekas yang masih ditinggalkan akibat letusan yang sangat dahsyat ratusan tahun silam. Bayangkan sekitar 240 tahun lalu, gunung ini mengalami bencana hebat. Tepatnya pada 11 - 12 Agustus 1772 lampau, Gunung Papandayan meletus sangat dahsyat tanpa peringatan, letusan tersebut menyebabkan empat puluh desa terkubur dan 3.000 - an penduduk beserta hewan - hewan ternaknya terisap ke dalam danau vulkanik.

www.belantaraindonesia.org

Dahsyatnya amuk Gunung Papandayan ratusan tahun silam tergambar dari catatan Lee Davis dalam buku yang telah disebutkan di atas, Natural Disaster.
No day of judgment painted by Angelo or Dore could ever match that actual horror of the solid mountain sinking into the earth with human beings on its slopes—its huge bulk going down as a ship goes down into the deep.”
Papandayan bisa menjadi bukti bahwa dirinya tak hanya dapat memecut adrenalin para penakluk tantangan atau sekadar memanjakan mata para petualang. Tapi lebih dari itu, Papandayan akan memberikan efek kontemplasi yang mendalam bagi para pencari makna yang menziarahinya. 

  salam rimba dan lestari.......